Senin, 29 Februari 2016

Unknown

Sistem pembukaan mulut lusi Dobby

Mesin tenun dilihat dari sistem pembentukan mulut lusi terdapat 3 jenis yaitu : pembentukan mulut lusi menggunakan engkol , pembentukan mulut lusi menggunakan cam , pembentukan mulut lusi menggunakan dobby dan pembentukan mulut lusi menggunakan jacquard. Bagian mesin tenun ini disebut dobby. Dobby adalah peralatan yang dapat memilih masing-masing gun tanpa menggunakan injakan, sebuah manual dobby menggunakan batang yang mempunyai rantai yang telah dipasangakn paku. Paku tersebut memilih yang akan digerakan. Pada kedua kasus gun-gun diangkat atau diturunkan oleh kekuatan injakkan pada pedal dobby atau system elektrik atau sumber tenaga yang lain. Ini adalah perbedaan sangat mencolok antara dobby dengan mesin tenun biasa dengan injakan, dimana gun-gun dipasang dengan menggunakan tali dengan jumlah injakan yang terbatas untuk memilih dan menggerakan gun-gun.
Dobby mesin tenun memungkinkan berbagai macam jenis disain tenun yang tidak dapat dibuat pada mesin tenun dengan injakan, akibat dari kelemahan injakan. Area mesin tenun terbatas pada jumlah injakan yang dapat digunakan  pada kerangka mesin tenun, tetapi dobby hanya perlu menambah batang-batang pada rantai dobby untuk memperluas kapasitas tenunnya. Area tenun untuk delapan gun biasa membutuhkan sepuluh atau dua belas injakan tetapi peralatan dobby yang dipasang pada mesin tenun yang sama menggunakan rantaian batangnya berkisar dari dua belas sampai tujuh puluh  buah. Rata-rata rantai dobby dapat mempunyai kira-kira 50 batangan.   Dobby adalah peralatan pembentuk mulut lusi dimana corak anyaman yang dihasilkan ditentukan oleh rencana kartu yang dibuat. Dobby merupakan salah satu peralatan penggerak gun pada ATM, sama halnya dengan Cam atau Eksentrik, namun kekurangan-kekurangan pada peralatan eksentrik dapat ditutupi dengan menggunakan peralatan dobby ini, seperti ketidakpraktisan dan biaya yang relatif lebih mahal apabila menggunakan eksentrik, walaupun dobby itu sendiri masih memiliki kekurangan.
Dilihat dari kemampuan dalam membuat variasi desain anyaman, peralatan dobby berada antara peralatan tappet dan jacquard, dimana jika ada suatu desain anyaman yang tidak bisa dikerjakan oleh peralatan tapet, sementara tidak ekonomis jika menggunakan jacquard, maka desain anyaman tersebut bisa menggunakan peralatan dobby karena jumlah gun yang dapat dikontrol oleh peralatan dobby antara 8 sampai dengan 50 gun.
Dalam pemasangannya, dobby biasa ditempatkan diatas mesin tenun tetapi terkadang ada dobby yang dipasangkan di bawah mesin tenun baik dipasang disebelah kiri maupun dipasang disebelah kanan. Dobby dapat dipergunakan untuk membuat desain anyaman yang tidak bisa dikerjakan pada eksentrik akan tetapi terlalu mahal jika dikerjakan pada mesin jacquard. Penggunaan dobby pada industri pertenunan yang memproduksi kain-kain katun, dobby biasanya dipergunakan untuk mengontrol 24 gun akan tetapi yang sering digunakan adalah antar 16 sampai 20 gun.

Dobby dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok dilihat dari segi-segi berikut :
·            Pengangkatannya
·         Dobby dengan pengangkataan tunggal (single lift)
Pada dobby dengan pengangkatan tunggal, pisau yang menggerakan gun-gun harus berjalan bolak-balik (satu kali kekanan dan sat kali ke kiri) untuk setiap peluncuran benang pakan, sehingga gerakan dobby sama cepatnya dengan putaran poros engkol. Tiap-tiap gun hanya dihubungkan dengan satu platina. Dobby dengan pengangkatan tunggal dipergunakan untuk tenunan lebar dan tenunan berat.

·         Dobby dengan pengangkatan rangkap (double lift)
Jenis dobby ini menggunakan dua pisau untuk menggerakan gun-gun, pisaunya satu kali berjalan bolak-balik (satu kali ke kiri satu kali ke kanan) untuk tiap dua pakan yang diluncurkan. Tiap gun membutuhkan dua platina, dan dua platina tersebut bekerjanya berganti-ganti sesuai untuk tiap benang pakan ganjil dan yang genap, dobby akan bekerja lebih tenang sehingga sesuai dipergunakan untuk mesin yang memiliki RPM tinggi.

·            Banyaknya silinder yang digunakan
Jika dilihat dari banyaknya silinder yang digunakan, dobby dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu : dobby dengan 1 silinder dan dobby 2 silinder.

·         Dobby 1 silinder
Sesuai dengan namanya, dobby 1 silinder adalah dobby yang mempergunakan satu buah silinder. Pada dobby jenis ini, desain-desain anyaman yang dibuat lebih terbatas dibandingkan dengan dobby 2 silinder terutama jumlah helai pakan dalam satu repeatnya. Dobby jenis ini biasa digunakan untuk pembuatan anyaman-anyaman sederhana.

·         Dobby 2 silinder
Lain halnya dengan dobby 1 silinder, dobby 2 silinder banyak digunakan untuk pembuatan desain-desain anyaman yang memerlukan jumlah helai pakan yang lebih banyak dalam satu repeatnya. Jumlah kartu dapat dibagi menjadi dua tempat, yaitu ditempatkan pada silinder 1 dan silinder 2, sehingga tidak meninggalkan jumlah kartu yang panjang pada mesin. Pada dobby 2 silinder dilengkapi juga dengan silinder tambahan yang berfungsi untuk mengatur silinder mana yang akan aktif untuk membuat desain anyaman yang sesuai dengan rencana

·            Pengembalian gun
Jika dilihat dari sistem pengembalian gun, dobby dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu : dobby positif dan dobby negatif.

·         Dobby positif
Dobby positif adalah dobby yang dapat menggerakan gun untuk naik dan mampu menurunkannya kembali tanpa memerlukan peralatan lain.


·         Dobby negatif
Dobby negatif adalah suatu peralatan dobby yang hanya dapat menggerakan gun pada satu arah saja, dan biasanya hanya menggerakan gun untuk naik saja sementara untuk menurunkan gun tersebut diperlukan peralatan lain yang berupa per
·            Penggerak pisau
Jika dilihat dari penggerak pisaunya, dobby dapat dikelompokan menjadi dua yaitu : dobby dengan penggerak stang T, dan dobby dengan penggerak cam
·         Dobby stang T
Dobby dengan penggerakan stang T, adalah peralatan dobby yang menggunakan sebuah stang yang berbentuk T untuk menggerakan pisau atas dan pisau bawah secara bergantian arah, stang T digerakan oleh suatu stang penghubung yang dapat bergerak naik turun karena dihubungkan dengan poros pukulan.
·         Dobby cam
Dobby cam adalah suatu peralatan dobby yang menggunakan cam yang dipasang dengan arah yang berlawanan untuk menggerakan pisau atas dan pisau bawah, dimana putaran dari cam didapat dari poros utama melalui rantai penghubung yang menggerakan roda gigi payung yang seporos dengan cam.

·            Jenis kartu
Jika dilihat dari jenis kartu yang digunakan, dobby dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu : dobby kayu dan dobby plastik

·         Dobby kayu
Dobby kayu adalah suatu peralatan dobby yang menggunakan kartu yang terbuat dari kayu untuk pembacaan desain anyaman. Kayu-kayu ini memiliki lubang-lubang sebanyak dua baris dan masing-masing baris menunjukan jumlah helai pakan. Lubang pada dobby kayu yang dipasang paku dobby dapat menggerakan gun naik sedangkan lubang pada dobby kayu yang tidak dipasang paku dobby membuat gun diam ditempatnya yang dapat menimbulkan efek pakan, melalui mekanisme peralatan dobby.

·         Dobby plastik/kertas
Dobby plastik adalah suatu peralatan dobby yang menggunakan plastik untuk pembacaan desain anyaman yang direncanakan, plastik-plastik ini diberi lubang sesuai dengan rencana tenunnya, setiap lubang menunjukan efek lusi yang akan terbentuk pada kain, karena melalui mekanisme peralatan dobby dengan dobby plastik ini, jarum-jarum vertikal sebagai jarum peraba akan jatuh pada lubang tersebut kemudian gerakan lebih lanjut akan menurunkan hook yang nantinya akan terbawa oleh pisau yang bergerak bolak-balik.


·            Posisi/letak
o   Atas
o   Bawah
o   Kanan

o   kiri
Read More

Minggu, 28 Februari 2016

Unknown

PENGARUH JUMLAH DAN KOMPOSISI CAMPURAN KANJI PADA PENGANJIAN KAIN KAPAS 100% DAN KAIN POLIESTER KAPAS TERHADAP KEKAKUAN DAN CREASE RECOVERY

Tujuan penganjian kain adalah untuk memberikan lapisan film yang rata pada kain untuk menambah kenampakan, menstabilkan dimensi dan dengan penambahan zat-zat lain untuk menambah berat kain.
Dimaksudkan untuk melakukan proses penganjian pada kain yang dipengaruhi oleh faktor jumlah pemakaian kanji dan komposisi campuran kanji yang bervariasi. Hal ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbedaan jumlah pemakaian kanji dan komposisi campuran kanji terhadap kekuatan, sudut kembali dari lipatan dan kekuatan tarik kain kapas 100 % dan kain campuran poliester/kapas yang diuji.
Serat kapas merupakan serat yang dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk jenis Gasopyum. Zat pengoksidasi dapat menurunkan kekuatan kapas menurun.Kerusakan karena terbentuknya oksiselulosa terjadi pada proses pengelantangan, penyinaran dalam keadaan lembab, dan pemanasan yang lama pada suhu diatas 1400 C. Asam – asam mengakibatkan hidroselulosa. Alkakli sedikit berpengaruh pada kapas, menggelembung dalam alkali kuat. Moisture regain serat kapas pada kondisi standar (27 0C, RH 65 %) adalah 7-8,5  %.
Poliester terbentuk secara kondensasi menghasilkan polietilen tereftalat yang merupakan suatu ester dari  komponen dasar asam dan alcohol yaitu asam tereftalat dan etilena glikol. Poliester tahan asam lemah dan asam kuat dingin, tatapi kurang tahan terhadap basa kuat. Poliester tahan terhadap zat oksidasi, alcohol, keton, sabun dan zat-zat untuk pencucian kering. Poliester larut di dalam metakresol panas, asam triflourorasetat-orto-khlorofenol. Dalam kondisi standar moisture regain polyester 0,4 %. Dalam RH 100% moisture regainnya hanya 0,6-0,8 %.
Kanji adalah simpanan atau timbunan makanan pada tumbuh-tumbuhan yang tersimpan pada biji, batang, akar dan lain-lain. Kanji berbentuk butiran-butiran yang berbeda-beda bergantung pada asal kanji.
Penganjian pada kain ditujukan untuk pembentukan lapisan film yang rata pada kain untuk menambah kenampakan, menstabilkan dimensi dan dengan penambahan zat-zat lain untuk menambah berat kain. Hasil penganjian sangat dipengaruhi oleh viskositas larutan kanji dan penetrasinya pada larutan. Finish kanji bersifat sementara dan mempunyai daya tahan cuci yang sangat rendah. Finish kanji ditujukan untuk kain-kain kapas putih, baik sebagai zat perekat maupun sebagai perekat dengan zat-zat lain, misalnya kaolin yang digunakan sebagai zat pemberat.
. Kain yang menggunakan kanji tapioka dalam proses penganjiannya, maka larutan tapioca yang berbentuk gel dan transparan akan memberikan hasil akhir yang tipis, halus dan fleksibel. Dalam penggunaannya sering dicampur dengan kanji-kanji lain untuk mendapatkan modifikasi sifat-sifat yang diinginkan.
Kanji yang digunakan pada proses penganjian pada praktikum kali ini adalah  tapioka dan kanji  polivinilalkohol ( PVA). Larutan tapioka berbentuk gel yang transparan dan memberikan hasil finis yang tipis, mengkilap, dan fleksibel. Dalam penggunaannya sering dicampur dengan kanji lain untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan.

        Sedangkan polivinilalkohol (PVA) terbuat dari monomer vinil asetat,contohnya adalah :
(-CH2CH-OCOCH3)n   +   n  NaOH                        (CH2CH-OH)n   +   n CH3COONa
Polivinil asetat                                                       Polivinil alcohol

PVA banyak digunakan pada proses industri tekstil, karena sifat fleksibilitas dan ketahanan terhadap abrasinya berkat gugus-gugus OH-nya yang membentuk dwikutub. Akan tetapi, PVA sangat peka terhadap elektrolit dan pH alkali . PVA juga tidak dapat di-biodegradasi tetapi dapat dengan mudah didaur ulang dengan ultrafiltrasi.
Dengan penggunaan variasi dimana terdapat kain yang hanya dikanji dengan tapioka atau kain yang dikanji dengan campuran tapioca-PVA diharapkan dapat diketahui pengaruhnya terhadap sudut kusut dan kekakuan, begitupun perbedaanya dalam kain kapas murni dan campuran poliester-kapas dengan konsentrasi tapioca yang berbeda dalam penganjian.
Kain yang difinish dengan kanji mudah diserang jamur apabila disimpan ditempat yang lembab. Demikian juga larutan kanji yang disimpan, mudah rusak karena pengaruh jamur. Untuk menghalangi tumbuhnya jamur perlu penambahan-penambahan zat anti septic ke dalam larutan kanji. Zat-zat antiseptic yang umum digunakan dalam industri tekstil adalah  magnesium klorida, seng klorida, seng sulfat, barium klorida, fenol, asam kresilat, asam salisilat, formaldehida dan salisil anilida. Zat-zat yang mengandung fenol kurang menguntungkan karena memberikan bau yang kurang sedap. Formaldehida memberikan anti jamur yang baik, tetapi menjadikan larutan kanji tidak stabil baik dalam keadaan asam maupun basa.
Enzim adalah yang katalisator selektip hanya mematuhi campuran kimiawi spesifikAmylase Enzim telah digunakan selama bertahun-tahun di (dalam) industri tekstil untuk kepindahan kanji tajin. [Yang] mula-mula enzim dari [pabrik/tumbuhan] atau sumber binatang telah digunakan tetapi ini sudah sejak lama dengan sepenuhnya yang digantikan oleh enzim [dari;ttg] asal hasil bakteri yang diperoleh oleh peragian memproses
Dari data pengujian serat pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.       Semakin besar konsentrasi kanji yang digunakan pada proses penganjian maka semakin besar juga % penambahan berat bahannya. Kain yang dikanji dengan penambahan PVA menghasilkan % penambahan berat yang lebih besar dibandingkan dengan yang tanpa PVA.
2.       Semakin besar % penambahan berat maka nilai kekakuannya semakin besar. Dan untuk kain yang dikanji dengan tambahan PVA, kekakuannya relatif lebih tinggi dari kain yang dikanji hanya dengan tapioka.
3.       Semakin besar %  penambahan berat maka kain akan semakin kaku dan crease recovery makin rendah.


Read More
Unknown

Sistem Penyambungan Benang

Benang stapel, tersusun dari serat serat pendek yang diberi antihan sehingga memiliki kekuatan tertentu. Dengan adanya tarikan-tarikan yang di derita dalam proses persiapan dan pertenunnan nya, benang harus mampu menahan tarikan tersebut sampai dimana benang tersebut akan putus.agar proses bias berlanjut, perlu dilakukan penyambungan , akan tetapi penyambungan yang dibuat jangan sampai menggangu proses selanjutnya yang bias menyebabkan benang putus kembali ada beberapa cara untuk membuat sarungan benag sesuai dengan sifat dan bahan benag tersebut. Dilihat dari alat alat yang digunakan , penyambungan benang dapat dibagi menjadi dua yaitu penyambungan benang yang dilakukan memakai tangan dan penyambungan benang mengunakan alat knoter dan mesin.
Penyambungan denagan mengunakan tangan
Sitem penyambungan benang dengan tangan dapat menyambung benang yang putusnya beberapa helai saja dan tidak berkelanjutan.hasil penyambungan benag denagn tangan tidak dapat menghasilkan sambungan yang hasilnya benar benar rata pada kedua ujujng benangnya, selain itu diperlukan waktu yang relative lama untuk melakukan sambungan ini


Jenis jenis sambungan
1.       Sambungan pilinan
Biasa digunakan untuk sambungan sementara pada proses penggatian boom lusi pada pertenunan
2.       Sambungan berbutir (spot knot)
Sambungan jenis ini jarang dipergunakan pada proses pertenunan, sambungan ini biasa digunakan pada proses pergantian beam tenun saja
3.       Sambungan mati (lock knot)
Sambungan ini jarang dipergunakan pada proses pertenunan
4.       Sambungan tenun (weave knot)
Jenis sambungan yang sering di pergunakan pada proses pertenunan.terdiri dari beberapajenis sambungan yang disesuaikan dengan sifat dan bahan dari benang yang digunakan.
Jenis sambungan yaitu:
a.       Sambungan untuk benang stple
Langkah kerja :
b.      Sambungan untuk benang wool
c.       Sambungan untuk benang filament
Penyambungan dengan alat (knoter)
Penyambungan dengan alat knoter ini akan menghasilkan sambungan benang yang benar benar benar rata, system sambungan ini biasanya digunakan di bagian pemintalan benang.
Penyambungan dengan mesin tying machine
Penyambungan dengan mesin ini biasanya dilakukan pada saat pergantian beam lusi untuk desain yang sama .penyambungan relative cepat dan sambungan ini sifatnya sementara , hanya untuk melewatkan benang lusi baru pada dropper , gun dan sisir saja.
Untuk mendapatkan sambungan yang baik dan benar sambungan harus memiliki krteria sebagai berikut :
·         Jenis dan ukuran sambungan harus disesuaikan dengan keadaan benang sewaktu dip roses
·         Simpul benang harus diusahakan sekecil mungkin
·         Ekor sambungan harus sepende ungkin ± 3mm

·         Bahan benang mempengaruhi jenis sambungan yang digunakan
Read More

Rabu, 24 Februari 2016

Unknown

Apa Itu Serat ?

di tulis oleh Gunawan

Serat adalah suatu material yang perbandingan antara panjang dan lebarnya sangat besar dan molekul-molekul yang menyusunnya terorientasi terutama ke arah panjang. Serat kapas misalnya memiliki perbandingan panjang:lebar dari mulai 500 : 1 sampai dengan 1000 : 1. Sedangkan serat tekstil adalah serat –serat yang digunakan untuk aplikasi tekstil. Contohnya serat kapas yang biasa dipakai untuk pakaian, serat karbon untuk aplikasi tekstil komposit, dsb. Di dalam berbagai literatur-literatur dan perdagangan tekstil biasanya serat tekstil cukup ditulis sebagai serat saja dan ia mengacu pada pengertian serat tekstil.

Serat pada umumnya dapat dibedakan atau diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu serat alam dan serat buatan (secara kimiawi). Serat alam terbagi kedalam tiga kategori besar, yaitu serat yang berasal dari tumbuhan, dari hewan dan materi anorganik. Kapas, rami, Jute, Kenap, Kapok adalah beberapa contoh serat alam yang berasal dari tumbuhan, sedangkan wol dan sutera adalah serat yang berasal dari hewan. Sementara serat asbes adalah contoh serat yang berasal dari mineral.


Sedangkan serat buatan terbagi dalam tiga bagian, yaitu yang bahan bakunya berasal dari alam tetapi kemudian mengalami proses polimerisasi lanjutan seperti ; viskosa, asetat, kuproamonium, dsb. Ada juga yang bahan bakunya berasal dari hasil sintesis polimerisasi misalnya; polyester, nilon, poliuretan, polivinil, dsb. Sedangkan yang ketiga yaitu yang berbahan dasar anorganik misalnya serat logam, gelas, dsb.
Pada dasarnya semua material serat merupakan polimer. Supaya dapat dibuat menjadi serat, polimer harus memenuhi syarat sebagai berikut :
  1. Polimer harus linear dan mempunyai berat molekul lebih dari 10.000, tetapi pada saat yang bersamaan juga tidak boleh terlalu besar sebab nantinya akan sulit untuk dilelehkan atau dilarutkan.
  2. Molekul harus simetris dan mempunyai gugus-gugus samping yang besar yang dapat mencegah terjadinya susunan yang rapat.
  3. Polimer harus memberikan kemungkinan untuk mendapatkan derajat orientasi yang tinggi, sehingga sewaktu terjadi proses penarikan pada serat akan menambah kekuatan.
  4. Polimer harus mempunyai gugus polar yang letaknya teratur untuk mendapatkan kohesi antar molekul yang kuat dan titik leleh yang tinggi.
  5. Khusus untuk keperluan tekstil sandang, serat harus mudah diberi zat warna. Apabila diberi zat warna maka sifat fisika seratnya tidak boleh mengalami perubahan yang mencolok dan warna bahan jadinya harus tahan terhadap pencucian, keringat dan cahaya.
Serat menurut arah panjangnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu serat-serat pendek atau biasa disebut stapel dan filamen. Filamen adalah serat yang sangat panjang dan langsung dijadikan benang, sehingga istilah filamen itu sering mengacu pada pengertian jenis benang. Berbeda halnya dengan filamen, serat stapel harus terlebih dahulu melalui proses pemintalan sebelum dijadikan benang.

Sumber :
  1. Dr.Evelin Jähne, Chemie und Technologie der Faserstoffe, Vorlesung Winter Semester. TU Dresden, 2008.
  2. Widayat,dkk, Serat-serat Tekstil, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1975
Read More
Unknown

CARA UJI TAHAN GOSOK KAIN DENGAN METODE MARTINDLE-PENILAIAN PERUBAHAN PENAMPAKAN SNI 7890:2013




Referensi Standar :


ISO 12947-4 :1998, MOD, SNI 7890:2013






1.      Ruang Lingkup
Menentukan perubahan kenampakan contoh uji yang meliputi berbagai jenis kain termasuk nirtenun dan kain yang menunjukan ketahanan gosok yang rendah dalam pemakaian

2          Prinsip

Contoh uji berbentuk lingkaran di gosok dengan beban tertentu menggunakan media penggosok (kain standart) mengikuti gerakan yang membentuk gambar Lissajous. Pada alat penjepit contoh uji dipasang media penggosok yang dapat berputar bebas pada porosnya yang tegak lurus terhadap bidang contoh uji. Evaluasi ketahanan gosok kain tekstil ditentukan berdasarkan penilaian perubahan kepenampakan.
Pengujian dilakukan menggunakan penjepit contoh uji beserta batang dengan berat (198±2)g.
Perubahan permukaan dari contoh uji yang di uji dinilai dan dibandingkan dengan contoh uji dari kain yang sama yang tidak diuji dengan pilihan menggunakan dua metode berikut:
a)    Pengujian tahan gosok berdasarkan jumlah gosokan yang disetujui dan di nilai apakah terjadi perubahan permukaan
b)    Pengujian tahan gosok berdasarkan perubahan permukaan yang disetujui dan penetapan interval uji saat perubahan permukaan telah terjadi

3.            Ukuran Contoh Uji Dan Bahan – Bahan Pembantu


§  Ukuran Contoh Uji Diameter atau panjang dan lebar contoh uji sekurang-kurangnya harus berukuran 140mm
§  Ukuran Kain Penggosok ukuran kain penggosok harus berukuran 38 ± 0.5mm
§  Ukuran kain Felt contoh uji harus berukuran 140±0.5mm
§  Ukuran Pelapis karet busa harus berukuran 38±0.5mm
§  Pengambilan spesimen harus diambil tidak boleh kurang dari 100 mm dari sisi/pinggir kain dan harus dari tempat yang berbeda-beda sehingga mengandung benang lusi dan pakan yang berbeda

4.        Keselamatan dan Alat Pelindung Diri
4.1          Sarung Tangan

5.            Persiapan Dan Pemasangan Contoh Uji


4.2          Persiapan
Cetak atau potong contoh uji dari contoh laboratorium
Persiapkan bahan bahan pembantu dari potongan potongan kain tenun, kain felt atau pelapis kater busa dengan bentuk yang sama
4.3          Pemasangan Contoh Uji
4.3.1       Gerakkan lempeng penggerak penjepit contoh uji untuk memastikan dapat bergerak bebas pada meja penggosok
4.3.2       Tempatkan kain felt pada meja penggosok dan tempatkan contoh uji di atas kain felt
4.3.3       Tekan kain felt dan contoh uji pada meja penggosok dengan beban pemberat ( 2.5±0.5) kg dan diameter (120±10)mm
4.3.4       Kencangkan cincin penjepit dan kunci kain felt dan contoh uji dengan kuat

4.4          Pemasangan Kain penggosok
4.4.1       Tempatkan sekrup penjepit contoh uji pada rangka alat uji
4.4.2       Pasang kain penggosok pada sekrup penjepit contoh uji dengan bagian yang digosok menghadap kebawah dengan hati hati dan tepat di tengah. Pasang pelapis karet busa di atas karet penggosok
4.4.3        Sisipkan penjepit contoh uji pada sekrup penjepit contoh uji, tempatkan pada penjepit contoh uji di atas sekrup dan kencangkan

4.5          Persiapan Mesin Penggosok
Setelah pemasangan contoh uji dan bahan bahan pembantu, tempatkan lempeng penggerak penjepit contoh uji pada posisinya dan tempatkan dengan tepat penjepit contoh uji dan batang pada masing masing bidang kerjanya


6.            Prosedur Pengujian
    1. Awali uji tahan gosok setelah menentukan jumlah gosokan berdasarkan rangkaian uji sesuai yang tertera di table 1, lanjutkan pengujian tanpa jeda hingga jumlah gosokan yang ditentukan tercapai
    2. Bergantung pada jumlah gosokan yang diharapkan untuk mencapai perubahan kenampakan contoh uji yang telah ditentukan, gunakan interval uji (gosokan) yang tertera pada table 1, lakukan penilaian kenampakan contoh uji pada setiap interval
    3. Untuk menilai kenampakan,lepaskan dengan hati hati penjepit contoh uji dengan penggosok yang terpasang. Lepasakan contoh uji yang terpasang pada meja penggosok di alat uji dan nilai perubahan permukaan. Apabila perubahan permukaan yang di tentukan belum terjadi, pasang kembali contoh uji dan penjepit contoh uji dan lanjutkan pengujian untuk interval uji berikutnya. Pastikan contoh uji dan penjepit contoh uji dikembalikan pada bidang kerja semula
    4. Hasil uji yaitu jumlah gosokan pada saat kenampakan permukaan yang di tentukan belum teramati, dicatat terpisah untuk setiap contoh uji. Interval waktu dengan demikian ditetapkan ketika perubahan kenampakan permukaan terjadi 
    5. Apabila contoh uji tidak memperlihatkan efek seperti yang ditentukan secara simultan, lanjutkan uji gosok pada contoh uji tersebut hingga memperlihatkan efek yang telah ditentukan.
    6. Dikarenakan kenampakan permukaan dan kain yang berbeda dapat beragam, kondisi pengamatan dan kenampakan permukaan yang akan dinilai harus telah disetujui sebelum pengujian dimulai dan di catat pada laporan hasil uji.

Table 1 – interval uji untuk pengujian perubahan kenampakan permukaan

Rangkaian Uji
Jumlah gosokan yang diharapkan untuk mencapai hasil kenampakan permukaan
Interval uji (gosokan)
A
<48
16 kemudian setiap 8
B
>48<200
48 kemudian setiap 16
C
>200
100 kemudian setiap 50

7.            Laporan hasil uji
Laporan hasil uji mencangkup
6.1                  Kondisi contoh uji dan data tekknis
6.2          keterangan rinci dan rangkaian uji (lihat table 1) dari metode yang digunakan dan uraian atau keterangan dari dasar penilaina ( misalnya, urutan skala yang di gunakan, contoh standart)
6.3                  Hasil uji atau hasil penilaian:
6.3.1                 Batas kepercayaan dari nilai rata rata apabila digunakan
6.3.2         Perubahan warna yang telah dinilai apabila digunakan
6.4          Penyimpangan prosedur ( misalnya kesepakatan khusus terhadap kondisi pengujian atau penilaian)
Read More

Senin, 22 Februari 2016

Unknown

Serat Rayon Viskosa

Serat rayon viskosa merupakan jenis serat buatan yang bahan bakunya berasal dari  alam, yakni dari kayu dengan kadar selulosa tinggi. Selulosa merupakan unsur utama dalam serat rayon viskosa, sehingga sifat kimia serat rayon viskosa hampir sama dengan sifat kimia dari serat selulosa lainnya seperti kapas. Serat rayon viskosa berasal dari polimer selulosa dengan derajat polimerisasi minimal 1.000 yang diproses regenerasi menjadi polimer dengan derajat polimerisasi sekitar 350. Struktur kimia selulosa dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.




Sumber : Ghosh, Premamoy, Fiber Science and Technology, Tata Mcgraw – Hill Publishing Company Limited, New Delhi, 2004, di halaman 39.

Gambar 1 Struktur Bangun Rantai Molekul Selulosa

Molekul selulosa tersusun dari rantai molekul anhidroglukosa yang panjangnya bermacam-macam ukuran, dalam penyelidikan dengan sinar X dapat ditunjukan bahwa kedudukan rantai-rantai molekul ini mempunyai 2 bentuk. Pada tempat-tempat tertentu rantai-rantai molekul itu mempunyai susunan sejajar satu sama lain, sehingga di antara gugus-gugus hidroksil bekerja ikatan hidrogen yang membentuk kristal-kristal, yang disebut daerah kristalin. Kristalin-kristalin ini selanjutnya bergabung membentuk fibril-fibril yang akhirnya membentuk serat. 
Molekul selulosa tidak selalu tersusun sejajar terhadap sumbu serat, tetapi pada tempat-tempat lain terdapat rantai-rantai molekul selulosa yang susunannya tidak teratur dan tidak sejajar terhadap sumbu serat, bagian ini akan membentuk sisi dan memberikan struktur yang kurang kompak sehingga pada daerah ini molekul air akan mudah diserap.  Pada daerah ini disebut sebagai daerah amorf. Struktur amorf dan kristalin pada selulosa dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
 


 Sumber : Moncrief RW, Man Made Fibres, Newness-Butterworhts 1975, di halaman 75.
Gambar 2 Struktur Amorf  dan Kristalin Selulosa
Sifat-sifat Rayon Viskosa
1.    Sifat Kimia
Kerusakan kimia disebabkan oleh asam kuat, oksidator dan alkali pekat yang mengakibatkan hidroselulosa dan oksiselulosa.
-   Asam
Asam seperti H2SO4 dapat menyebabkan kerusakan serat selulosa karena terjadi reaksi hidrolisa pada jembatan glukosida sehingga terjadi pemutusan rantai molekul selulosa. Reaksi ini akan mengakibatkan pendeknya rantai molekul sehingga terjadi penurunan kekuatan tarik. Pengaruh asam pada konsentrasi dan suhu rendah tidak menimbulkan kerusakan asalkan segera dilakukan proses penetralan setelah pengerjaan selesai.
-   Alkali
Pengerjaan dengan alkali lemah pada suhu tinggi akan mengakibatkan pemutusan rantai molekul sehingga menurunkan kekuatan serat secara perlahan-lahan.
-   Oksidator
Reaksi oksiselulosa disebabkan adanya oksidasi oleh oksidator seperti NaOCl. Oksidasi dalam suasana asam tidak mengakibatkan pemutusan rantai, namun terjadi pembukaan rantai cincin glukosa sehingga penurunan kekuatan tarik tidak terlalu besar.
2.    Sifat Fisika
-   Kekuatan tarik
Serat rayon viskosa mempunyai kekuatan tarik kering 2,6 g/denier, sedangkan kekuatan tarik basahnya 1,4 g/denier. Kekuatan tarik serat rayon dapat diatur dengan cara pengaturan penarikan pada proses stretching. Penurunan kekuatan tarik disebabkan oleh penggunaan asam, alkali dan oksidator. 
-   Mulur
Mulur kering pada saat putus sekitar 15% dan mulur basahnya 25%. Mulur serat dipengaruhi oleh penarikan, Semakin tinggi penarikan serat maka mulurnya akan semakin rendah, oleh sebab itu setelah proses penarikan perlu dilakukan proses peregangan agar mulurnya tidak terlalu rendah.
-   Moisture Regain (MR)
MR serat rayon viskosa sebesar (11-14)%
-   Derajat putih
Serat rayon viskosa yang baik memiliki nilai derajat putih sebesar 70-75. Penurunan  derajat putih dapat disebabkan oleh adanya partikel pengotor pada serat, kadar belerang yang tinggi dan pemanasan yang terlalu tinggi.
-   Panas
Pemanasan diatas 175°C akan menyebabkan kerusakan karena serat menjadi berwarna kuning.
-   Morfologi
Bentuk penampang melintang serat rayon viskosa bergerigi sedangkan penampang membujurnya seperti silinder bergaris. Penampang serat rayon viskosa dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Sumber :   Moncrieff.RW, Man Made Fibres, Newnes-Butterworth, 1975, di halaman 266.

Gambar 3 Penampang Melintang (a) dan Membujur (b) Serat Rayon Viskosa


Read More